Kenaikan Suku Bunga Acuan BI mungkin Bukan yang Terakhir pada Tahun Ini
Thursday, April 25, 2024       14:25 WIB

Ipornews - Meningkatnya risiko eksternal yang berada di luar jangkauan Bank Indonesia sejauh ini,maka akan sulituntuk menyebutkan bahwa kenaikan suku bunga acuan di April ini adalah yang terakhir.
Para ekonom berpendapat, rupiah tetap rentan dalam menghadapi ketidakjelasan jalur suku bunga Federal Reserve dan ketegangan geopolitik yang meningkat, di tengah kebutuhan dolar perusahaan untuk membayar dividen dan pelunasan utang. Panduan dari Gubernur Perry Warjiyo - bahwa rupiah kemungkinan akan mencapai rata-rata 16.200 per dollar AS pada kuartal ini - mencerminkan risiko tersebut.
Keputusan BI menaikkan suku bunga secara tak terduga menjadi 6,25%, pada Rabu kemarin, yang dipasangkan dengan insentif untuk meningkatkan likuiditas bank untuk terus meningkatkan kredit, berisiko mengganggu efektivitas alat kebijakan bank sentral. Rupiah melemah pada Kamis siang ini, bersama dengan banyak mata uang Asia.
"Keputusan untuk mengetatkan kebijakan moneter, dan pada saat yang sama melonggarkan kebijakan makroprudensial dapat membuat pasar tidak mendapatkan sinyal kebijakan yang lebih jelas," para ekonom PT Bank Central Asia, di Jakarta.
Ekonom Bank BCA, Lazuardin Thariq Hamzah dan Barra Kukuh Mamia bependapat,  repricing  aset global dan potensi  bearish  pada kurva imbal hasil AS dapat terus berlanjut. Perubahan ini berpotensi menjadi dasar bagi pengetatan kebijakan BI lebih lanjut.
Menurut mereka BI akan terus menyelaraskan penyesuaian suku bunga di masa depan dengan jadwal yang diproyeksikan oleh The Fed. Kemungkinan pola kenaikan suku bunga yang berulang untuk melengkapi intervensi valas - yang diperkirakan akan terlihat pada keputusan tak terduga di bulan Oktober - dapat mengurangi efek jera dari langkah-langkah tersebut
Ketidakpastian eksternal yang masih tinggi terutama lintasan suku bunga the Fed, menurut Krystal Tan dari Australia & New Zealand Banking Group,akan membuat kemungkinan kenaikan lebih lanjut tidak dapat dikesampingkan
"Setiap  overshoot  yang material pada USD/IDR akan meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan lainnya," ungkap mereka. Tan mengakui bahwa kebijakan makroprudensial BI dapat membantu mendukung pertumbuhan ekonomi, namun sisi negatifnya adalah melemahkan efek sinyal dari kenaikan suku bunga.
Jika The Fed mulai melonggarkan kebijakan moneternya di bulan Desember seperti yang diperkirakan BI saat ini, maka pivot di Indonesia mungkin harus menunggu sampai tahun 2025," Taan menambahkan.
Tapi menurut Satria Sambijantoro, ekonm PT Bahana Sekuritas, kenaikan suku bunga BI baru-baru ini bukanlah kenaikan yang panik atau dovish. Menurutnya, BI menyadari kebutuhan pasokan valas yang lebih tinggi di bulan Mei-Juni, ketika permintaan dolar akan meningkat untuk repatriasi dividen dan utang luar negeri yang jatuh tempo.
Ia meyakini "pedoman ke depan" BI untuk penguatan rupiah perlu dikomunikasikan untuk mendorong para eksportir menukarkan dolar mereka. Selain itu pertumbuhan kredit yang kuat di antara bank-bank besar di Indonesia dapat dipertahankan meskipun ada pengetatan moneter. (Bloomberg)

Sumber : admin

berita terbaru
Saturday, May 04, 2024 - 18:47 WIB
GOTO Berencana Private Placement dan Buyback Saham
Saturday, May 04, 2024 - 18:37 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of KARW
Saturday, May 04, 2024 - 18:32 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of GDST
Saturday, May 04, 2024 - 18:27 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of IKPM
Saturday, May 04, 2024 - 18:22 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of YPAS
Saturday, May 04, 2024 - 18:19 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of TYRE
Saturday, May 04, 2024 - 18:16 WIB
Financial Statements 1Q 2024 of IGAR